スキップしてメイン コンテンツに移動

The Old Man and the Sea (Ernest Hemingway)


Si bocah yang teramat terluka melihat kondisi fisik Pak Tua dan memahami apa yang telah dilaluinya pergi keluar gubuk. Ia menangis untuk kesekian kalinya.
Google picture

Santiago, nelayan tua tangguh yang berjanji pada dirinya sendiri untuk membawa ikan tangkapan seberat 1000 pon setidaknya. Ia berlayar berhari-hari dan tidak mendapat apa yang diinginkan. Ia pergi melaut bersama seorang bocah yang setia menemaninya sampai akhirnya si bocah tidak menemaninya lagi karena harus berlayar bersama ayahnya.

Belakangan, Pak Tua percaya bahwa nasibnya kian buruk atau setidaknya dia tidak memiliki keberuntungan. Setelah berhari-hari melaut, Pak Tua kembali ke daratan dan berniat untuk kembali melaut esok harinya. Ia ingin membuktikan bahwa dalam kehidupannya setidaknya sesuatu yang sangat besar pernah ditangkapnya.

Mulailah ia melaut, ditemani si bocah untuk menyiapkan segalanya. Si bocah tinggal di daratan dan akan menyusul pergi bersama ayahnya tetapi tidak akan jauh ke tengah samudra. Di lain pihak, Pak Tua berniat untuk pergi lebih jauh dari biasanya.

Rupanya, Pak Tua terbawa arus dan angin dan sampai ke bagian yang teramat jauh dari daratan. Beberapa kali tali pancingnya berhasil mengait sesuatu tetapi bukan ikan besar yang diharapkannya. Beberapa ikan terbang dan lumba-lumba sempat mendekat. Beberapa berhasil ia tangkap untuk perutnya. Pak Tua juga butuh makan. Dalam pesiarnya, sesekali ia didatangi burung-burung pencari ikan yang melihat siluet ikan dari atas. Demikian juga dengan ubur-ubur yang mematikan yang sempat menyambangi tali pancingnya.

Setelah beberapa lama, tali pancing menegang. Pak Tua sangat berharap ikan yang tersangkut kali ini berukuran besar dan ia yakin itu. Ia tak peduli ikan apa yang tersangkut karena ia tidak tahu, yang terpenting ikan ini besar. Namun ikan ini tidak seperti ikan lain, ia cukup tenang. Ia tidak terburu-buru melahap umpan. Pak Tua juga yakin mata pancing telah tersangkut dalam mulut si besar.

Dengan sangat berhati-hati agar si ikan tidak berontak dan memutuskan tali pancing, Pak Tua Santiago mengulur talinya agar si ikan tidak merasa terancam. Keputusan yang benar. Si ikan bergerak perlahan sehingga perahu Pak Tua dapat mengikutinya. Malam dan siang terus berganti tanpa ada kemajuan. Pak Tua yang semangat sekaligus lelah berusaha beristirahat tetapi tidak mau kehilangan kesempatan mendapat ikan yang besar ini. Tangannya tidak pernah lepas dari tali pancing hingga berdarah dan keram. Suatu ketika tali pancing bergerak dan menegang. Tiba-tiba si ikan melompat ke permukaan. Sungguh agung, mengkilap, dan cantik. Pak Tua keheranan dibuatnya. Ia tak pernah melihat ikan sebesar itu. Ia semakin semangat dan tak mau kehilangan ikan besar yang membuatnya jatuh cinta itu. Pasti lebih dari 1500 pon, pikirnya. Ia bergumam bahwa meskipun ia menyukai kawan barunya, ia tetap harus membunuhnya.

Berhari-hari ia menunggu lagi sampai kehabisan tenaga serta merasa sangat lemah lahir dan batin. Sampai sebuah keajaiban datang. Ikan besar itu mendekat ke permukaan. Pak Tua menyiapkan tombaknya dan sejurus mengarahkannya ke kepala si ikan. Ikan itu mati! Air laut mengilap karena darah. Pak Tua kemudian mengikat ekor ikan itu pada badan perahu karena tak mungkin ikan itu diangkat ke atas perahu. Ikan itu terlalu berat dan perahu tidak akan dapat memuatnya.

Pak Tua sangat bahagia, namun ia melupakan sesuatu. Ia beranjak pulang sampai dia melihat ada sayup-sayup sirip ikan pemangsa daging. Hiu. Rupanya hiu-hiu mencium bau darah ikan tangkapan Pak Tua. Hiu pertama mencabik badan ikan besar. Sekitar 40 pon hilang. Demikian pikir Pak Tua. Pak Tua yang merasa ikut tercabik segera menombak kepala hiu itu hingga mati.

Sekarang ikan besar semakin menarik perhatian hiu lain karena darahnya semakin banyak mengalir. Dan benar, rombongan ikan hiu datang bergiliran menghampiri sumber aroma segar yang menggoda di tengah laut. Ikan besar Pak Tua sudah koyak dan tak berbentuk. Hiu-hiu itu memakannya! Pak Tua sudah pasrah karena terlalu lelah. Ia sempat melawan hiu-hiu itu, tetapi akhirnya menyerah. Ia merasakan getaran-getaran saat beberapa hiu memakan ikan besar itu dari bagian bawah perahu. Tapi setidaknya Pak Tua tidak diserang.

Pak Tua menyalahkan dirinya beberapa kali. Meski ia mera beruntung mendapatkan ikan itu, ia merasa ia salah karena telah melaut terlalu jauh. Ia juga menyesal karena telah membunuh ikan dan membiarkan hiu-hiu memakannya.

Pulang adalah satu-satunya tujuan sekarang. Perahunya sudah tidak berat. Daging-daging ikan itu telah habis. Ia bergerak ke daratan bersama angin. Ia sampai ke daratan dengan keadaan yang sangat payah. Hari masih gelap, orang-orang masih terlelap. Ia melangkah keluar perahu dan terduduk karena lelah. Ia mencapai gubuknya dengan beberapa kali beristirahat. Ia menginginkan dipannya. Terdengar nyaman.

Ia masuk ke gubuknya dan mengambil selimut lalu tertidur.

Keesokan paginya, si bocah datang. Seperti biasa, ia selalu datang untuk menengok Pak Tua. Dan hari ini ia sangat senang Pak Tua sudah kembali. Ia membawakan sarapan untuk disantap Pak Tua saat ia bangun nanti.

Si bocah tidak menuju ke pantai untuk melihat perahu dan tangkapan Pak Tua. Ia telah mendengarnya dari orang-orang. Perahu Pak Tua telah dititipkan untuk dijaga. Orang-orang ramai ingin melihat tangkapan Pak Tua. Ikan itu sangat besar. Seekor hiu yang sangat besar. Belum ada yang pernah melihatnya. Belum ada yang pernah mendapat ikan sebesar itu. Meskipun ikan itu sudah kehilangan hampir seluruh tubuhnya, rangkanya masih utuh, dengan kepala dan ekornya.

Pak Tua yang amat lelah tetap merasa kalah. Ia telah kalah. Ia merasa tidak berhasil. Namun, si bocah teramat bangga dengan Pak Tua dan berkata banyak yang harus dipelajari darinya. Pak Tua tidak kalah dan si bocah tau itu. Si bocah yang teramat terluka melihat kondisi fisik Pak Tua dan memahami apa yang telah dilaluinya pergi keluar gubuk. Ia menangis untuk kesekian kalinya.

コメント

このブログの人気の投稿

Tokyo Ghoul 1 Ep. 1

Ep 1 ·          Kamishiro Rize (“si Rakus”, kriminal tingkat S-ghoul Distrik 20) ·          Toka Kirishima (“Rabbit”, ghoul Distrik 20, siswi SMA, pegawai Anteiku) ·          Yamori Jason (ghoul Distrik 13) ·          Yoriko Kosaka (sahabat manusia Toka, siswi SMA) ·          Ken Kaneki (mahasiswa) ·          Dokter Kano ·          Hideyoshi Nagachika (sahabat Ken Kaneki, mahasiswa) ·          Kazuo Yoshida (staf pusat kebugaran, 41 tahun, ghoul Distrik 20) ·          Nishiki Nishio (mahasiswa, ghoul Distrik 20) ·          Yoshimura (Manajer Anteiku, ghoul Distrik 20) Plot 1.     Distrik 20, Aqua Building. Rize sedang makan buruannya dan saat itu Jason datang. Mereka hampir bertarung dan Jason sudah siap dengan kagunenya. Tetapi, Rize berhasil mengambil senjata Jason dan dibuang. 2.     Hide dan Ken sed

The Racketeer (John Grisham)

Google picture Seorang pengacara divonis penjara selama 10 tahun dengan tuduhan yang tidak jelas dan tanpa bukti kuat. Keberadaannya di penjara telah banyak menghancurkan hidupnya, termasuk rumah tangganya. Malcolm Banister bermaksud untuk melakukan sesuatu untuk membalas dendam pada pemerintah yang telah membuatnya begitu terpuruk. Ia masuk ke dalam rencana liciknya melalui informasi yang ia dapatkan selama ia membantu teman-temannya di penjara untuk mengajukan mosi banding dan meringankan hukuman. Malcolm bekerjasama dengan narapidana lainnya untuk memuluskan rencana itu. Rencana Malcolm mulai berjalan ketika pemerintah direpotkandengan kasus pembunuhan Hakim Raymond Fawcett dan sekretarisnya dalam kabin pribadinya yang terpencil di daerah Ronaoke. Tidak ada petunjuk apapun akan motif dan siapa yang melakukannya. Malcolm mengambil kesempatan atas berbagai informasi yang diperolehnya dan meminta kepala penjara untuk menyampaikan pada FBI bahwa ia tahu siapa pelakunya. FBI ya